Friday, July 18, 2008

**Menggapai Sukses Sejati*

Mungkin Anda dan saya sering menyaksikan betapa kesuksesan, puncak
keberhasilan, atau tercapainya cita-cita, terkadang justru memunculkan
semacam krisis eksistensi. Keberhasilan-

keberhasilan memang bisa membawa
seseorang ke posisi puncak dan bergelimang popularitas. Namun, tak jarang
justru pada saat berada di puncak kesuksesan karir itulah seseorang mulai
mempertanyakan apa sesungguhnya tujuan hidupnya yang sejati.

Memang, kesuksesan harus ditapaki dengan perjuangan, pengorbanan,
konsistensi, dan kerja keras. Semua orang ingin berhasil dan tidak ada
sukses yang gratis. Banyak orang salah menafsirkan dan menganggap bahwa
kesuksesan tidak memiliki ekses negatif sama sekali. Ini salah! Sukses pasti
memiliki ekses negatif jika diraih dengan cara-cara yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip dasar kemanusian. Misalnya, sukses diraih dengan
mengorbankan orang lain atau mengingkari keyakinan kita yang paling dalam.
Tetapi ingat, sukses yang diraih dengan cara-cara yang benar sekalipun bisa
mendatangkan akibat-akibat negatif.

Popularitas para pesohor misalnya, selain mendatangkan kekayaan, nama
besar, pemujaan, bahkan fanatisme, ternyata juga bisa mendatangkan
gangguan-gangguan psikologis. Misalnya: kesepian, keterasingan, stres,
depresi, neurotik, megalomania, dan ujung-ujungnya lari ke perilaku abnormal
atau narkotika. Kita pasti ingat apa penyebab kematian para pesohor seperti
Elvis Presley, Marlyn Monroe, John Lenon, dan Bruce Lee. Sukses spektakuler
mereka ternyata diikuti pula dengan tekanan-tekanan mental yang ternyata
tidak berhasil mereka kuasai. Akhirnya, sukses itu menjadi bumerang dan
menghancurkan hidup mereka sendiri.

Sukses itu tidak identik dengan tercapainya semua keinginan material,
berlimpahnya harta kekayaan, popularitas atau nama besar. Apa artinya sukses
jika itu diraih dengan mengorbankan harga diri, mengorbankan nilai dan
keyakinan yang paling dalam, mengorbankan keluarga, saudara, sahabat, atau
teman-teman sendiri.

Sukses sejati adalah sukses yang membuat kita merasa bersyukur telah
menjadi manusia yang seutuhnya. Sukses yang membuat kita tergerak untuk
menularkan dan membantu orang lain mencapai kesuksesannya. Sukses yang
membawa manfaat dan kebahagiaan bagi banyak orang. Jika saat ini kita sedang
berjuang menggapai sukses, jangan pernah lupa meletakkan tujuan kemanfaatan
bagi sesama itu, ke dalam fondasi rancang bangun perjuangan kita. Maka,
sukses sejati pasti kita raih!

andri wongso

* **Andrie Wongso
**Perang dengan Kemiskinan Mental*

Beberapa bulan terakhir ini, kita semua tak lepas dari wacana kebangkitan
bangsa . Para politisi, pengusaha, cendekiawan, agamawan, akademisi,
mahasiswa, dan hampir semua kalangan, dengan bersemangat membicarakan
bagaimana membangkitkan kembali bangsa yang besar ini. Siapa yang harus
memulai bekerja keras membangkitkan kembali? Para pemimpin? Atau "mereka" di
luar sana ? Atau justru harus dimulai dari diri kita sendiri?

Pada 2400 tahun yang lalu, berlaku prinsip *kill or to be killed*, membunuh
atau dibunuh. Supaya *survive* maka harus berperang membunuh musuh. Filosofi
* survival* zaman kehidupan Sun Tzu ini, sesungguhnya masih ada
relevansinya! Tentu saja, relevansinya bukan pada membunuh orang lain. Dalam
konteks bangsa ini, peperangan sesungguhnya tidak terjadi "di luar sana ",
melainkan perang terjadi "di dalam diri kita". Artinya, kita harus berperang
melawan kemiskinan mental yang sekian lama telah membelenggu diri kita.

Apa itu kemiskinan mental? Kemiskinan mental adalah sebuah kondisi mental
kejiwaan atau orientasi hidup seseorang yang dipenuhi oleh
kebiasaan-kebiasaan negatif, yang sifatnya sangat menghambat kemajuan.
Contohnya; malas, pesimistik, prasangka buruk, suka menyalahkan pihak lain,
dan iri pada keberhasilan orang lain. Mental miskin juga ditunjukkan dari
perilaku yang tidak disiplin, tidak punya kepercayaan diri, tidak
bertanggung jawab, tidak jujur, tidak mau belajar, tidak mau memperbaiki
diri, dan tidak punya visi ke depan. Inilah peperangan yang harus kita
menangkan saat ini.

Bayangkan! Seandainya setiap dari kita, mulai saat ini, detik ini juga,
satu demi satu tergerak untuk mengalahkan mental miskin. Berjuang
memenangkan medan pertempuran menuju kepada kekayaan mental. Yaitu mental
yang penuh rasa tanggung jawab, disiplin, kerja keras, percaya diri,
berkemauan untuk selalu belajar, pantang berputus asa, dan memiliki visi ke
depan.

Jika kita semua memiliki kekayaan mental, pasti kita akan *survive* dalam
kehidupan yang makin kompetitif. Peluang kita untuk meraih cita-cita akan
semakin besar. Dan kita bisa memandang masa depan kita dengan lebih
optimistik.

Bukan tidak mustahil, berangkat dari kebangkitan mental diri kita
masing-masing, maka kita telah ikut ambil bagian dalam membangkitkan kembali
kejayaan negeri tercinta ini. Jadi jelas jawabnya, jika ingin berdiri tegak
sama terhormatnya dengan bangsa lain, kita semua harus memulainya dari diri
kita masing-masing.

Demikian dari saya
Andrie Wongso

*Andrie Wongso**
**Kekuatan Keberanian Mengambil Risiko*

Dalam perjalanan hidup Jenderal Sun Tzu dikisahkan bahwa betapa strategi
perang terus untuk mencapai kemenangan itu bisa berubah detik demi detik,
demi mengimbangi atau menganntisipasi perubahan strategi musuh. Strategi ini
berpijak pada dasar pemikiran bahwa cara terbaik untuk menang perang adalah
dengan menguasai kemampuan membaca jalan pikiran ahli strategi musuh. Dan
barangsiapa mengetahui jalan pikir musuh dan mengetahui titik-titik
kelemahannya, dipastiikan dia bisa memenangkan adu strategi tersebut.

Namun setiap strategi pasti mengandung risiko. Dan strategi peran Sun Tzu
ditegaskan adanya prinsip mendasar yang mengatakan, "Kemenangan besar hanya
bisa dilakukan orang yang berani ambil risiko besar". Prinsip ini menegaskan
bahwa tanpa keberanian mengambil taktik berisiko besar, maka kemenangan
besar sulit diraih. Inilah inti dari strategi perang Sun Tzu yang
mensinergikan antara strategi perang yang cerdik dan matang dengan
keberanian mengambil risiko besar demi kemenangan yang besar pula.

Dalam kehidupan non-kemiliteran pun seperti bidang manajemen,
kewirausahaan, maupun kehidupan pribadi, kita mengenal prinsip strategi dan
risiko semacam ini. Mungkin kita telah menyusun rencana dan menetapkan
strategi untuk melakukan investasi, memulai bisnis baru, melakukan
diversifikasi maupun ekspansi usaha. Ada target-target dan mimpi-mimpi besar
dalam setiap tindakan tersebut. Ada peluang dan tantangan. Namun yang tidak
boleh kita lupakan adalah faktor risiko yang sudah pasti ada dan melekat
dalam setiap action kita. Ada risiko gagal, ada risiko berhasil. Itu pasti!

Contoh: mungkin berdasarkan perhitungan yang begitu matang, kita memiliki
kemungkinan keberhasilan di atas 70%. Memang dalam strategi Sun Tzu kita
diwajibkan untuk bisa memetakan keberhasilan lebih dulu. Memastikan
kemenangan baru melakukan perang. Nah, jika rencana dan strategi telah
dieksekusi sementara hasil yang didapat tidak sesuai perhitungan, itulah
risiko sebuah action. Kita tidak mungkin berhenti bertindak hanya karena
ingin menghilangkan sama sekali risiko kegagalan.

Seperti dalam kata-kata mutiara yang saya ciptakan, yang berbunyi; "Memang
di dalam kehidupan ini tidak ada yang pasti. Tetapi kita harus berani
memastikan apa-apa yang ingin kita raih". Jadi dalam lapangan hidup apa pun,
strategi itu penting. Tetapi keberanian mengambil risiko juga sangat
penting. Ingat, strategi tanpa keberanian mengambil risiko tidak akan
membawa kita ke tujuan apa pun.

Tuesday, July 15, 2008

Yaaa Robby Engkaulah Hakiim Sejati

Ya Alloh,kali ini sudilah Engkau dengar curahan hatiku...hati yang sedang gamang dalam keheningan malam.
Sungguh...Aku tak akan pernah gamang dalam peluk cintaMu,aku tak akan rapuh dalam dekap damaiMu..tak ada yang membuatku takut dan gelisah selama ada di sisihMu....
Ya Robb,aku hanya sedang gamang memandang wajah dunia...yang kian hari kian bengis mengikis asa.....
Yaa Robb,aku hanya sedang gamang akan ulah manusia,yang tega menumpahkan darah sesama dengan dalih sebagai pembela Mu.........
Benarkah begitu Yaa Tuhan? Apakah Kau meminta kami untuk saling menundukkan dengan senjata? Berjadal dengan nafsu amarah?Tak mungkin....Engkau terlalu suci untuk mentitah manusia dengan ulah durjana...


Aku yang manusia hina,yang pernah ternistakan oleh sebuah hujjah....
Demi tegaknya syariah...tak layak akal mencari celah....
Aku manusia yang pernah terhina ketika nalar menemukan cahaya....?
Sesat..itu kata mereka....Linglung kepala karena tanya tak jua menemukan jawab...
salahkan aku? bila logika perpetualang dan akhirnya menemukan sebuah bongkah tanya.........
bukan jawab ku dapat tapi laknat dan vonis sesat.......

Aku yakin akan keadilan Yaa Robb,cahaya indahMu tak akan mampu terbendung oleh gunung
Kebenaran suci tak akan mampu terbantah nalar....hanya kejujuran...hanya ketulusan
dan hanya ke ikhlasan untuk bisa menundukkan wajah cinta pada cahaya Agung Mu

Monday, July 7, 2008

Khusyu' Dalam Shalat

Habits pertama dari 5-Habits yang telah saya uraikan sebelumnya adalah
mendirikan shalat dengan khusyu’. Mendirikan shalat sudah kita lakukan
sehari-hari, pertanyaannya adalah apakah kita sudah mendirikan shalat
dengan khusyu’ atau belum. Apabila kita tidak dapat meraih khusyu’
dalam ibadah shalat, maka shalat yang kita lakukan sekedar mengisi
catatan bahwa kewajiban telah kita laksanakan, namun tidak mampu
menghadirkan hikmah shalat dalam kehidupan sehari-hari.

Khusyu’ adalah hal yang sangat penting dalam ibadah shalat kita
sebagaimana kutipan terjemahan QS Al-Mukminuun 1-2 menyebutkan ‘…..
mereka yang di dalam shalatnya khusyu’. Khusyu’ secara tatabahasa
berasal dari kata al-khusyu’ yang memiliki makna al-khudu’ yang
berarti tunduk. Seseorang yang meng khusyu’ kan matanya berarti orang
tersebut telah menundukkan pandangan matanya, dalam arti matanya tidak
digunakan untuk melihat hal-hal yang tidak perlu. Khusyu’ dalam shalat
dapat diartikan sebagai melaksanakan shalat dengan sepenuh jiwa dan
raga sehingga tidak melaksanakan hal-hal yang tidak perlu di luar
rangkaian tata cara ibadah shalat. Tata cara ibadah shalat yang
dimaksudkan disini adalah ibadah shalat sebagaimana dicontohkan oleh
Rasulullah SAW.

Sebelum Adzan Dikumandangkan
Ibadah shalat adalah ibadah yang waktu pelaksanaannya telah ditentukan
dan dapat kita ketahui dengan pasti setiap hari. Diantara gangguan
yang dapat mengurangi kekhusyu’an kita dalam menjalankan ibadah shalat
adalah godaan rasa kantuk dan godaan rasa lapar. Dari Anas bin Malik
Radhiyallahu Anhu, sesungguhnya Rasulullah bersabda, “Apabila
dihidangkan makanan maka mulailah (Makan dahulu) sebelum shalat
maghrib.” (Hadits riwayat Muslim). Hikmah dari hadist ini adalah, kita
harus bisa mengatur jadwal makan dan istirahat kita agar tidak
mengganggu konsentrasi menjalankan ibadah shalat. Sudah saatnya segala
aktivitas pekerjaan dan rumah tangga kita atur ulang waktunya
menyesuaikan dengan jadwal ibadah shalat, sehingga kita tidak
mengantuk atau lapar justru pada saat waktu shalat tiba. Atau justru
sebaliknya, kesibukan pekerjaan dan rumah tangga kita mencapai
puncaknya ketika waktu shalat tiba.

Ketika Adzan Dikumandangkan
Rangkaian ibadah shalat dimulai ketika adzan dikumandangkan sebagai
panggilan shalat. Untuk mencapai khusyu’ dalam ibadah shalat, maka
konsentrasi jiwa dan raga sudah harus dimulai ketika adzan
dikumandangkan. Ketika adzan dikumandangkan, kita disunnahkan untuk
menjawab panggilan adzan sebagaimana adzan dilafadzkan, kecuali untuk
lafadz ‘hayya alasg shalah, hayya alal falah’. Tuntunan menjawab
panggilan adzan ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan lainnya.
Kebiasaan menjawab panggilan adzan mungkin selama ini sudah banyak
kita lalai kan dalam kehidupan sehari-hari. Namun sekarang, kita harus
bisa mulai memupuk kebiasaan untuk menjawab panggilan adzan di tengah-
tengah kesibukan urusan pekerjaan atau rumah tangga kita. InsyaAllah,
menjawab panggilan adzan merupakan sarana menumbuhkan konsentrasi kita
sebelum menjalankan ibadah shalat sehingga khusyu’ lebih mudah kita
dapatkan. Hikmah lain yang dapat kita petik dari menjawab panggilan
adzan adalah mengucapkan doa selesai adzan, baik doa Allahumma Rabba
hadzihid da’watit taammah … dst serta doa pribadi kita yang lainnya.
Perlu diingat bahwa doa yang dipanjatkan antara adzan dan iqomat
adalah salah satu doa yang tidak tertolak

Persiapkan Badan, Pakaian dan Tempat Shalat
Mempersiapkan badan kita untuk menjalankan ibadah shalat adalah
melalui berwudhu. Berwudhu merupakan pelaksanaan dari firman Allah
dalam QS Al-Maidah : 6, oleh karena itu berwudhu harus kita laksanakan
sepenuh hati sebagai persiapan bersih badan sebelum menjalankan ibadah
shalat. Tingkat kesempurnaan berwudhu akan mempengaruhi tingkat
kesempurnaan ibadah shalat kita. Agar kesempurnaan dalam berwudhu
dapat kita capai, maka kita harus menumbuhkan tentang hakikat wudhu
yang diakhiri dengan doa setelah wudhu sebagai manifestasi tawakkal
kita kepada Allah SWT.

Mempersiapkan pakaian artinya kita menggunakan pakaian yang bersih
ketika menjalankan shalat. Usahakan menggunakan pakaian yang polos
setidaknya agar tidak mengganggu konsentrasi saudara muslim yang lain
ketika kita shalat berjamaah. Menggunakan pakaian yang bersih ketika
kita shalat berjamaah di masjid disamping dapat memudahkan meraih
khusyu’ juga sebagai bentuk realisasi dari firman Allah SWT yang
artinya: “Wahai manusia pakailah pakaianmu yang indah setiap kali
memasuki masjid” (QS:Al-’Araf: 31)

Mempersiapkan tempat shalat tidak perlu kita lakukan apabila kita
menjalankan shalat di masjid. Namun apabila kita tidak menjalankan
shalat di masjid, maka kita harus memilih tempat shalat yang tenang,
tidak panas atau gerah, dan mampu menghadirkan malaikat di tempat
tersebut. Diantara tempat yang tidak didatangi oleh malaikan pembawa
rahmad adalah tempat yang di dalamnya ada anjing.

Persiapkan Pikiran Kita
Ada dua hal yang dapat membantu pikiran kita meraih shalat yang
khusyu’, yaitu memahami bacaan shalat dan merasakan seolah-olah shalat
yang kita lakukan adalah shalat terakhir dalam kehidupan kita.

Bacaan shalat sudah ditentukan dan mudah untuk dipelajari lafazd
maupun artinya. Agar bacaan shalat tidak sekedar kata yang harus
diucapkan, maka kita harus mengetahui arti kata yang berasal dari
bahasa Arab tersebut. Memahami arti bacaan shalat membuat kita merasa
bacaan shalat tersebut sebagai sarana komunikasi kita kepada Allah
SWT. Karena kita memahami artinya, maka kita tahu apa yang kita
ucapkan dan apa yang kita minta dari Allah SWT. Pemahaman ini
sekaligus akan membantu kita untuk menghindarkan lintasan-lintasan
pikiran yang mengintervensi shalat kita.

Cara lain untuk mempersiapkan pikiran kita guna meraih shalat khusyu’
adalah dengan menghadirkan pikiran bahwa shalat kali ini adalah shalat
terakhir dalam kehidupan kita. Bayangkanlah ketika kita akan segera
bertemu dengan Allah SWT dan dimintai pertanggungjawaban atas segala
perbuatan kita. Pikiran sebagai shalat terakhir juga dapat menyegarkan
ingatan kita tentang hari akhirat dan memutuskan perhatian kita atas
urusan dunia untuk sementara waktu.

Ketika Melaksanakan Shalat
Shalat yang kita lakukan tentunya harus sesuai dengan tuntunan yang
diberikan oleh Rasulullah SAW. Dalam tuntunan itu sudah begitu jelas
gerakan-gerakan yang termasuk rangkaian ibadah shalat. Meskipun dalam
banyak riwayat dikisahkan bahwa Rasulullah SAW pernah melakukan
gerakan lain, misalnya Rasulullah SAW pernah shalat sambil menggendong
bayi, namun kiranya hal ini tidak menjadi justifikasi bagi kita bahwa
kita boleh-boleh saja melakukan apapun ketika shalat. Tetaplah
konsentrasi pada rangkaian gerakan shalat saja dan melakukannya dengan
tenang dan tidak terburu-buru. Janganlah melakukan gerakan asal-asalan
dalam shalat, karena Rasullah SAW pernah bersabda “ … dan rukuklah
sehingga kamu tuma’ninah dalam rukuk itu. Lalu tegaklah berdiri sampai
kamu tuma’ninah dalam berdiri … dst’

Satu Langkah Mudah
Satu langkah mudah untuk menghadirkan khusyu’ dalam shalat, terutama
bagi muslim, adalah shalat berjamaah di masjid pada awal waktu. Dengan
mengamalkan shalat berjamaah di masjid pada awal waktu, maka seluruh
rangkaian persiapan dan pelaksanaan shalat yang diuraikan tersebut di
atas dapat dipraktekkan dengan lebih mudah. Satu habits pertama dapat
kita laksanakan dengan mudah, insyaAllah akan segera menyusul habits
berikutnya. Semoga cita-cita menjadi orang sukses dikabulkan oleh
Allah SWT.

Saturday, July 5, 2008

Bid'ahkah Puasa dan Amalan di Bulan Rajab?

Sebagian kaum muslimin mudah melontarkan kata "bid'ah". Salah
mendefinisikan "Bid'ah" salah pula kesimpulan dan aplikasinya. Mereka
sering melontarkan kata "Bid'ah" pada hal-hal yang sebenarnya mereka
belum banyak mengetahui. Termasuk ke dalamnya masalah keutamaan, puasa
dan amalan di bulan Rajab.

Ketika banyak hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah saw mengutamakan
bulan Rajab, berpuasa dan melakukan amalan-amalan utama di dalamnya
mereka langsung mengatakan hadis-hadis itu palsu, mengikuti
pendahulunya tanpa melakukan penelitian dan perbandingan yang cermat.

Hadis tentang keutamaan, puasa dan amalan di bulan Rajab banyak
sekali, bukan hanya shahih tetapi mutawatir. Karena hadis-hadis itu
diriwayatkan dari jalur Ahlussunnah dan Ahlul bait Nabi saw. Di antara
hadis-hadis yang diriwayatkan dari jalur Ahlussunnah:

Doa ketika melihat bulan sabit Rajab
Anas bin Malik berkata bahwa ketika memasuki bulan Rajab Rasulullah
saw berdoa: "
Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya'ban, dan sampaikan kami
ke bulan Ramadhan."

Hadis ini bersumber: Al-Faqih Abu Muhammad Ismail bin Al-Husein
Al-Bukhari dari Al-Imam Abu A'la', tahun 399 H, dari Ismail bin Ishaq,
dari Muhammad bin Abu Bakar, dari Zaidah bin Abi Raqad dari Ziyadah
An-Numairi dari Anas bin Malik. (Fadhail Syahr Rajab: 494)

Penetapan Nabi saw tentang bulan Rajab
Ayah dari Ibnu Abi Bakrah salah sahabat Nabi berkata bahwa Rasulullah
saw bersabda: "Sesungguhnya zaman berputar seperti keadaan hari Allah
menciptakan langit dan bumi, satu tahun adalah dua belas bulan. Di
antara dua belas bulan itu adalah empat bulan mulia, tiga bulan
berturut-turut Dzul-Qaidah, Dzul Hijjah dan Muharram, dan bulan Rajab
yang berada di antara Jumadil Akhir dan Sya'ban …"

Hadis ini bersumber dari: Syeikh Al-Hafizh Ahmad bin Ali Al-Ishfahani,
dari Abu Amer Muhammad bin Ahmad dari Abbas Asy-Syaibani, dari Abu
Bakar bin Abi Syaibah, dari Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dari Ayyub, dari
Ibnu Sirin dari Ibnu Abi Bakrah dari ayahnya, ia salah seorang sahabat
Nabi saw.
Hadis ini Muttafaq alayh, diriwayatkan oleh Muhammad bin Ismail
Al-Bukhari dalam kitabnya Al-Jami', dan Muslim bin Hujjaj Al-Qusyairi
dalam Musnadnya. Semuanya bersumber dari jalur Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi.

Penamaan bulan Rajab sebagai bulan Allah
Siti Aisyah isteri Nabi saw berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Sesungguhnya bulan Rajab adalah bulan Allah …"

Hadis ini bersumber dari: Abu Manshur Zhafr bin Muhammad Al-Husaini
dari Abu Shaleh Khalaf bin Ismail, dari Makki bin Khalaf, dari Nashr
bin Al-Husein dan Ishaq bin Hamzah, dari Isa bin Musa, dari Ubaiz bin
Quhair, dari Ghalib bin Abdullah, dari Atha' dari Siti Aisyah isteri
Nabi saw.

Hadis ini juga diriwayatkan oleh Abu Said Al-Khudri, dengan mata
rantai sanad: Abu Nashir bin Ahmad bin Ali Asy-Syabibi, dari Abul
Hasan Muhammad bin Muhammad Al-Karizi, dari Abu Abdillah Muhammad bin
Isa An-Naisaburi, dari Muhammad bin Ibrahim dari Al-Husein bin Salamah
Al-Wasithi, dari Yahya bin Sahel, dari Isham bin Thaliq, dari Abu
Harun Al-Abdi dari Abu Said Al-Khudri. (Fadhail Syahr Rajab: 496)

Hari-hari bulan Rajab tercatat di langit
Abu Said Al-Khudri berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Bulan Rajab adalah bagian dari bulan-bulan yang mulia dan
hari-harinya tercatat di pintu-pintu langit yang keenam. Barangsiapa
yang berpuasa satu di dalamnya karena dasar takwa kepada Allah, maka
pintu langit dan hari itu berkata: Ya Rabbi, ampuniah dia…"

Hadis ini bersumber dari: Abu Muslim Ar-Razi dari Abu Nashr Manshur
bin Muhammad bin Ibrahim, dari Tsawab bin Yazid dari Al-Husein bin
Musa dari Ishaq bin Raziq, dari Ismail bin Yahya, dari Mas'ar bin
Athiyah dari Abu Said Al-Khudri. (Fadhail Syahr Rajab: 497)

Keutamaan mandi sunnah di bulan Rajab
Abu Hurairah berkata bahwa Rasululah saw bersabda:
"Barangsiapa yang menemui bulan Rajab, kemudian ia mandi sunnah pada
permulaannya, pertengahannya, dan akhirnya, ia akan keluar dari
dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan oleh ibunya."

Hadis ini bersumber dari: Abu Nashr bin Abi Manshur Al-Muqarri, dari
ayahnya dari Abu Ja'far Ar-Razi dari Ja'far bih Sahel, dari Mahmud bin
Sa'd As-Sa'di, dari Ishaq bin Yahya dari Hafsh bin Umar dari Abban
dari Al-Hasan dari Abu Hurairah. (Fadhail Syahr Rajab: 497)

Puasa Nabi saw di bulan Rajab
Abu Hurairah berkata bahwa Rasululah saw bersabda:
"Aku tidak memerintahkan berpuasa di bulan sesudah bulan Ramadhan
kecuali di bulan Rajab dan Sya'ban."

Hadis ini bersumber dari: Ahmad bin Ali bin Ahmad Al-Faqih, dari Abu
Amer Muhammad Al-Muqarri dari Ali bin Said Al-Askari, dari Umar bin
Syabah An-Numairi, dari Yusuf bin Athiyah dari Hisyam bin Hassan, dari
Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah.

Ibnu Abbas berkata bahwa Rasulullah saw berpuasa di bulan Rajab,
sehingga kami berkata beliau tidak berbuka dan berbuka…

Riwayat ini bersumber dari: Abul Hasan Muhammad bin Al-Husein bin
Dawud Al-Hasani, dari Abu Bakar Muhammad bin Ahmad, dari Abu Azhar
As-Salithi, dari Muhammad bin Abid dari Usman bin Hakim dari Said bin
Jubair, dari Ibnu Abbas.
(Fadhail Syahr Rajab: 498)

Keutamaan puasa di bulan Rajab
Abdul Aziz bin Said dari ayahnya, salah seorang sahabat Nabi saw, ia
berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Bulan Rajab adalah bulan yang agung, di dalamnya kebaikan
dilipatgandakan. Barangsiapa yang berpuasa satu hari di dalamnya, maka
ia seperti berpuasa satu tahun. Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari,
maka akan ditutup baginya tujuh pintu neraka. Barangsiapa yang
berpuasa delapan hari, maka akan dibukakan baginya delapan pintu
surga. Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari, maka ia tidak memohon
sesuatu kecuali Allah memberinya. Barangsiapa yang berpuasa dua puluh
lima hari, malaikat memanggil dari langit: Dosa yang lalu telah
diampuni, maka mulailah berbuat kebajikan. Dan Barangsiapa yang
menambahnya, Allah akan menambah kebaikannya."

Hadis ini bersumber dari: Abul Qasim Abdul Khaliq bin Ali Al-Muhtasib,
dari Abu Muhammad Ali bin Muhtaj Al-Kasyani, dari Abul Hasan Ali bin
Abdul Aziz Al-Baghawi, dari Ma'la bin Mahdi dari Usman bin Mathar
Asy-Syaibani, dari Abdul Ghafur, dari Abdul Aziz dari ayahnya, dia
salah seorang sahabat Nabi saw.
(Fadhail Syahr Rajab: 498)

Imam Ja'far Ash-Shadiq (sa) berkata: "Barangsiapa yang berpuasa satu
hari di akhir bulan bulan Rajab ia akan diselamatkan dari siksaan yang
berat saat sakratil maut dan azab kubur. Barangsiapa yang berpuasa
dua hari di akhir bulan ini ia akan diselamatkan di shirathal
mustaqim. Dan barangsiapa yang berpuasa tiga hari di akhir bulan ini
ia akan diselamatkan pada hari kiamat, hari yang sangat menakutkan."
(Mafatihul Jinan, bab 2 Keutamaan bulan Rajab)

Keutamaan puasa tiga hari berturut-turut
Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa di bulan mulia hari Kamis, Jum'at dan
Sabtu, Allah mencatat baginya sebagai ibadah sembilan ratus tahun."

Hadis ini bersumber dari: Ali bin Syuja' bin Muhammad Asy-Syaibani,
dari Umar bin bin Ahmad bin Ayyub Al-Baghdadi, dari Al-Husein bin
Muhammad bin Ufair Al-Anshari, dari Ya'qub bin Musa Al-Madani, dari
Anas bin Malik. (Fadhail Syahr Rajab: 500)

Keutamaan puasa pada hari Bi'tsah
Hari bi'tsah adalah hari Muhammad saw diangkat menjadi seorang nabi.
Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Barangsiapa yang berpuasa ada hari kedua puluh tujuh bulan Rajab,
Allah mencatat baginya sebagai puasa enam bulan. Hari itu adalah hari
Jibril turun pada Muhammad saw, awal ia membawa risalah kepadanya."

Hadis ini bersumber dari: Abu Sa'd As-Sa'di dari Abu Nashr Muhammad
bin Thahir Al-Adib, dari Muhammad bin Abdullah dari Habsyun bin Musa,
dari Ali bin Said dari Dhamrah bin Rabi'ah dari Ibnu Syudzab dari
Mathar Al-Warraq, dari Saher bin Hausyab dari Abu Hurairah. (Fadhail
Syahr Rajab: 500)

Wednesday, July 2, 2008

5 perkara yang harus di pegang erat-erat

Kupesankan kepada kalian 5 hal.Betapapun kalian 'mencambuki punggung unta-unta" untuk mencapainya,hal yang demikian itu sudah sepatutnya:
1.Jangan sekali-kali kalian menunjukkan harapan selain kepada Alloh Tuhan kalian
2.Janganlah kalian merasa takut akan sesuatu selain dosa-dosa kalian sendiri
3.Jangan sekali-kali kalian merasa malu berkata,"aku tidak tahu",apabila ditanya tentang sesuatu yang memang tidak kalian ketahui.
4.Jangan sekali-kali kalian merasa malu belajar sesuatu yang memang tidak kalian ketahui.
5.Bersabarlah selalu,sebab hubungna antara sabar dan iman,sama seperti halnya kepala dan tubuh.Maka jika tak ada guna tubuh tanpa kepala,demikian pula iman tanpa sabar.

dari nahjul balaghah