Wednesday, June 4, 2008

Akar Penderitaan dan Kesengsaraan

Dunia dan keindahannya menebar senyum merayu manusia, harta dan gemerlapnya menyilaukan pandangannya, kekuasaan dan kursinya membutakan mata hatinya. popularitas ditebarkan, kasih sayang disingkirkan, penderitaan tak diperdulikan.

Keadilan dan kebenaran disuarakan padahal setiap saat membelakanginya.Simbol panji keislaman dikibarkan sampai ke pelosok negeri dan lorong-lorong kecil padahal penghuninya disengsarakan. Jubah-jubah para kekasih Allah dibungkuskan padahal prilakunya tak mencerminkan.

Yang kaya berpesta, yang miskin menderita. Yang berkuasa tertawa,rakyat kecil berduka.
Keadilan disuarakan dalam lisan, dijauhkan dari kehidupan. Kebenaran didalihkan, disingkirkan dari kenyataan. Yang miskin tetap menderita bahkan semakin sengsara. Umat Rasul yang agung dibungkus dengan jubah keulamaan untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Mereka digiring dan dikumpulkan untuk berbaku hantam di antara mereka. Darah mengalir di sekujur tubuhnya, orang tuanya menangis dan menjert memandangnya.
Maka sempurnalah penderitaan dan kesengsaraan mereka.

Apa gerangan alasan mereka untuk membenarkan prilakunya? Untuk kesejahteraan umat Rasulullah saw! Tidakkah kita menyaksikan dengan jelas penderitaan mereka semakin meningkat, kesengsaraan mereka semakin menghimpit, dan kemiskinan mereka semakin mencekik leher mereka.

Untuk menegakkan keadilan dan kebenaran! Aduhai, siapa yang pantas memimpin aktivitas ini? Mustahil itu terjadi, karena bertentangan dengan sunnatullah yang telah ditetapkan oleh Allah swt dalam hukum takwini-Nya. Mustahil para pecinta dunia dapat menegakkan keadilan dan kebenaran, mustahil para pencinta harta dan kekuasaan perduli terhadap penderitaan orang lain,mensejahteraan rakyat kecil, dan membahagiakan umat Rasulullah saw.

Duhai saudara-saudaraku, betapa sering rakyat kecil dijanjikan harapan
dan kesejahteraan, kaum mustadh'afin dijanjikan keadilan dan
kebenaran. Mengapa ini sering terjadi? Mengapa kita mudah lupa pada
peristiwa yang telah terjadi? Lalu bagaimana cara kita menyikapinya?
Jawabannya: Merenungi pesan-pesan Rasulullah saw dan berpegang teguh dengannya.

Pesan-Pesan Rasulullah saw

Allah swt berfirman:
"Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara
dengan Aku." (Al-Mu'minun: 108)

"Itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan)
akhirat, maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak
akan ditolong." (Al-Baqarah: 86)

Rasulullah saw bersabda:
"Akan datang sesudahku suatu kaum, mereka makan bermacam-macam makanan yang paling nikmat, menikahi bermacam-macam wanita yang paling cantik, memakai pakaian yang paling halus (mahal), mengendarahi kendaraan yang paling kuat (mewah). Perut mereka tak pernah kenyang terhadap yang sedikit, jiwa mereka tak pernah qana'ah terhadap yang banyak. Mereka mengasingkan di dunia, pagi hari pergi mencari dunia dan merasa
bahagia dengannya. Mereka menjadikan dunia sebagai Tuhan tanpa Allah, menjadikan pengatur tanpa Allah.
Pada dunia berakhir segala urusan mereka, dan hawa nafsunya sebagai penghibur mereka. Maka, barangsiapa yang menjumpai zaman itu, hendaknya berpegang teguh dengan risalah
Muhammad bin Abdullah, juga generasi sesudahnya; jangan mengucapkan salam pada mereka, jangan jenguk yang sakit dari mereka, jangan antarkan jenazah mereka, jangan hormati sesepuh mereka. Barangsiapa yang melakukan hal itu (seperti yang mereka lakukan), maka ia telah membantu menghancurkan Islam." (Jami'us Sa'adat, penghimpun
kebahagiaan: 2/26)

No comments: